LUWU – Upaya memperkuat kembali nilai-nilai adat dan tradisi lokal di Kabupaten Luwu diwujudkan melalui pembukaan Sekolah Budaya Luwu oleh Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan pada Jumat (4/12/2025) di Aula Andi Kambo, Kompleks Perkantoran Bupati Luwu.
Kegiatan ini dibuka oleh Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Kabupaten Luwu, Muh. Rudi. Turut hadir Ketua TP-PKK Kabupaten Luwu, Kurniah Patahudding, Ketua Bidang I TP-PKK Kabupaten Luwu, Nilasari Dhevy Bijak Pawindu, Kepala Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan, Muh. Afif Hamka, Tokoh Adat Luwu, Andi Saddakati Arsyad, serta peserta dari sanggar seni, TP-PKK, Duta Budaya, dan santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Bua.
Dalam sambutannya, Muh. Rudi menegaskan bahwa Luwu sebagai salah satu wilayah bersejarah dan pusat peradaban memiliki warisan budaya luhur yang tidak boleh tergerus zaman.
“Luwu ini daerah kerajaan tertua yang sarat nilai dan peradaban. Sayangnya, tradisi yang kita miliki mulai memudar. Program Sekolah Budaya ini menjadi langkah untuk memperkuat kembali identitas budaya Luwu,” ujarnya.
Ia menambahkan pentingnya pendidikan budaya diperkenalkan sejak usia dini sebagai pondasi pembentukan karakter generasi Luwu.
“Jika ingin membangun karakter generasi kita, mulailah dari PAUD hingga SMP. Tata krama, cara berbicara, hingga penghormatan kepada orang tua harus ditanamkan sejak kecil. Budaya bukan sesuatu yang dipaksakan dari atas, tetapi tumbuh dari bawah,” tegasnya.
Sementara itu, Kadis Kepariwisataan dan Kebudayaan, menggambarkan kondisi kekinian budaya Luwu melalui tiga kisah refleksi: hilangnya pemahaman anak terhadap lagu daerah, memudarnya penggunaan bahasa lokal di ruang publik, dan kekeliruan masyarakat dalam mengenal busana adat Luwu.
“Tiga kisah ini mengingatkan bahwa budaya bisa lenyap jika tidak dijaga. Karena itu Sekolah Budaya Luwu hadir untuk mendukung misi pemerintah daerah yakni membentuk SDM unggul dengan karakter kearifan lokal,” tuturnya.
Program ini diikuti 64 peserta dari berbagai elemen, terbagi dalam dua kelas.
Seluruh kegiatan tidak dipungut biaya dan menggunakan metode tudang massulekka (duduk bersila) sebagai penghormatan tradisi belajar masyarakat Luwu.
Total 16 jam pembelajaran dibagi dalam enam kali pertemuan pada 5–7 dan 12–14 Desember 2025.
Ada enam fokus materi yang diajarkan, yaitu selayang pandang budaya Luwu, tata krama adat, sistem sosial kemasyarakatan, tata busana adat Luwu, ritual adat dan maknanya, serta pappaseng atau petuah leluhur.
“Khusus materi Tata Busana Adat Luwu akan digelar minggu depan dengan menghadirkan peserta tambahan dari organisasi wanita serta perwakilan MUA untuk memperdalam pemahaman tentang ciri khas busana pengantin Luwu,” jelas Afif.
Pembukaan program ditandai dengan pemasangan atribut peserta oleh Ketua TP-PKK Kabupaten Luwu dan Ketua Bidang I TP-PKK. Acara ditutup dengan sesi foto bersama sebagai simbol kebersamaan dalam menjaga kelestarian budaya Luwu.

















