NASIONAL – Awan duka menyelimuti dunia otomotif tanah air. Salah satu talenta terbaik bangsa, Awhin Sanjaya, menghembuskan napas terakhirnya usai mengalami insiden fatal di lintasan balap.
Pembalap kebanggaan Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan ini, meninggal dunia saat berlaga di babak final ajang Sumatera Cup Prix (SCP) 2025 yang digelar di Zabaq National Circuit, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi.
Insiden nahas tersebut terjadi pada Minggu (14/12/2025). Saat itu, Awhin yang memperkuat tim SWR Tuan Muda Catam Solid Racing tengah memacu kuda besinya di kelas Bebek 2T Standar 125 cc Open.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari pihak keluarga dan saksi mata, Awhin diduga terjatuh di lintasan sebelum akhirnya tak sengaja tertabrak oleh pembalap lain yang berada di belakangnya.
Meski sempat mendapatkan penanganan medis intensif, nyawa pemuda kelahiran 22 Februari 1998 ini tidak tertolong.
Jenazah almarhum langsung dipulangkan ke kampung halamannya.
Proses penerbangan jenazah dari Jambi menuju Sulawesi Selatan dilakukan pada Senin (15/12/2025) pukul 06.00 WIB.
Kabar kepergian Awhin memukul perasaan banyak pihak, termasuk Bupati Luwu Utara, Andi Abdullah Rahim, yang secara terbuka menyampaikan rasa duka citanya atas wafatnya salah satu putra daerah berprestasi tersebut.
Kepergian Awhin Sanjaya meninggalkan warisan prestasi yang mentereng.
Ia bukan sekadar pembalap lokal, melainkan atlet yang telah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
Awhin pernah menjadi pembalap binaan Astra Honda Racing Team (AHRT) dan berlaga di kompetisi bergengsi Asia Road Racing Championship (ARRC) sejak tahun 2017.
Puncak karier internasionalnya tercatat pada musim 2019, di mana ia sukses menyabet gelar Runner-up ARRC untuk kelas AP250.
Di tingkat domestik, dominasi Awhin tak terbantahkan. Ia pernah menjuarai Motorprix 2016 kategori MP2 dan mempersembahkan medali emas bagi kontingen Papua pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun 2021.
Tempaan Keras Sang Ayah
Di balik deretan piala tersebut, terdapat kisah perjuangan panjang.
Sahabat almarhum, Alfrijal, mengenang Awhin sebagai sosok yang ditempa dengan disiplin tinggi sejak dini.
Bakat balapnya mulai diasah sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), tepatnya saat usia 12 tahun.
Sang ayah, Amrin, meski bukan seorang pembalap profesional, memiliki peran krusial dalam membentuk mental juara Awhin.
“Bapaknya itu bukan pembalap, tapi suka motor. Dia ajar ini Awhin balap sejak SD, bahkan saat itu masih dipegangkan motornya kalau mau balapan,” kenang Alfrijal kepada awak media, Senin (15/12/2025), seperti dikutip dari Detik.
Alfrijal menambahkan bahwa didikan ayah Awhin sangat keras namun terukur.
Jika melakukan kesalahan atau gagal juara, Awhin kecil harus siap menerima evaluasi tegas.
“Kalau tidak juara atau ada kesalahannya di arena, langsung dimarahi sama bapaknya. Itu yang membuat mentalnya jadi besar dan kuat,” tambahnya.
Darah balap memang mengalir deras di keluarga pasangan Amrin dan Wiwin Kamaruddin ini.
Selain Awhin, dua adik laki-lakinya, yakni Awid dan Afhil, juga menekuni profesi sebagai pembalap.
Di mata rekan-rekannya, Awhin dikenal sebagai pribadi yang sangat rendah hati (humble).
Meski berstatus pembalap level Asia, ia tidak segan berbagi ilmu dan menyapa sesama pembalap di paddock.
“Orangnya sangat baik, suka menyapa kalau bertemu, dan senang memberi masukan soal teknis balap. Saking baiknya, rumah duka di Masamba kini sudah dipenuhi teman dan keluarga yang menunggu kedatangan almarhum,” tutup Alfrijal dengan nada sedih.














