banner 970x250
Nasional

Mengenal 7 Jenderal Korban G30S/PKI

24
×

Mengenal 7 Jenderal Korban G30S/PKI

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi 7 perwira korban G30S PKI. Sumber: sumbarprov.go.id
Example 468x60

NASIONAL – Setiap tanggal 30 September, bangsa Indonesia memperingati tragedi nasional yang menjadi salah satu peristiwa paling memilukan dalam sejarah militer tanah air, Gerakan 30 September 1965 atau yang lebih dikenal dengan G30S/PKI.

Tujuh perwira tinggi TNI Angkatan Darat gugur dalam gerakan makar tersebut, sebuah tragedi yang menorehkan luka mendalam dan sekaligus melahirkan simbol perjuangan bagi negara.

banner 300x600

Ketujuh tokoh ini diculik dari kediaman masing-masing, lalu disiksa dan dibunuh secara keji oleh sekelompok anggota militer yang tergabung dalam Pasukan Pasopati, sebelum akhirnya jasad mereka dibuang ke sebuah sumur tua di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Kini lokasi itu telah diabadikan menjadi Monumen Pancasila Sakti, tempat mengenang mereka yang telah rela berkorban demi tegaknya ideologi negara.

Mereka yang gugur, bukan sekadar korban.

Mereka adalah Pahlawan Revolusi, gelar tertinggi yang diberikan atas dedikasi, perjuangan, dan pengorbanan mereka dalam menjaga keutuhan negara.

Mengutip dari IDN Times, Berikut biografi Singkat 7 Pahlawan Revolusi

1. Jenderal Ahmad Yani

Lahir di Jenar, Purworejo pada Hari (19/06/1922), Ahmad Yani merupakan Panglima Angkatan Darat saat peristiwa G30S meletus.

Ia sempat menempuh pendidikan militer di Amerika Serikat dan berperan besar dalam operasi militer penumpasan pemberontakan Permesta.

Ia gugur dalam usia 43 tahun saat hendak dibawa paksa oleh pasukan pemberontak. J

enazahnya ditemukan di Lubang Buaya dan dimakamkan di TMP Kalibata. Namanya kini diabadikan sebagai nama jalan di banyak kota di Indonesia.

2. Letjen R. Suprapto

Putra kelahiran Purwokerto, Hari (20/06/1920) ini pernah menjadi tahanan Jepang namun berhasil meloloskan diri.

Sebelum gugur, ia menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat untuk wilayah Sumatra. Ia turut menjadi korban dalam malam tragis tersebut dan dikebumikan di TMP Kalibata.

Baca juga:  Sri Mulyani Tegaskan Kebijakan Prabowo: PPN Tak Naik, Tarif 12℅ Hanya untuk Barang Mewah

3. Letjen S. Parman

Dilahirkan di Wonosobo, Hari (04/08/1918), S. Parman adalah tokoh militer yang cemerlang dan sempat menjadi atase militer di London.

Saat menjabat sebagai Asisten Menteri Panglima AD, ia diculik dan dibunuh oleh pasukan pemberontak.

Ia dikenal karena perannya dalam membongkar rencana pemberontakan APRA pimpinan Westerling.

4. Letjen MT Haryono

Mas Tirtodarmo Haryono, asal Surabaya (Hari (20/01/1924)), dikenal sebagai diplomat ulung dengan penguasaan bahasa asing yang luar biasa.

Ia sempat menjadi atase militer di Belanda dan memiliki kontribusi besar dalam diplomasi pertahanan.

Saat hendak diculik, ia mencoba melawan dan tertembak di rumahnya.

5. Mayjen D.I. Panjaitan

Donald Izacus Panjaitan lahir di Sitorang, Balige (Hari (10/06/1925)). Ia merupakan perwira TNI yang menjabat sebagai Deputi I KASAD. Panjaitan adalah sosok religius dan penyuka musik klasik.

Ia juga menjadi korban G30S dan dimakamkan di TMP Kalibata dengan kenaikan pangkat anumerta.

6. Mayjen Sutoyo Siswomihardjo

Lahir di Kebumen, Hari (23/08/1922), Sutoyo pernah menjadi pejabat Oditur Jenderal Angkatan Darat.

Sebelum bergabung dalam militer, ia adalah seorang pegawai negeri. Ia dikenal luas karena dedikasinya dalam penegakan hukum militer. Sama seperti rekan-rekannya, ia diculik dan dibuang ke Lubang Buaya.

7. Kapten Pierre Andries Tendean

Pierre Tendean merupakan perwira muda kelahiran Jakarta, Hari (21/02/1939).

Ia menjabat sebagai ajudan Jenderal AH Nasution dan menjadi korban karena dikira target utama. Tendean juga dikenal karena kiprahnya sebagai intelijen dalam konfrontasi dengan Malaysia.

Meski baru berusia 26 tahun saat gugur, namanya tercatat sebagai simbol semangat juang kaum muda.

Peristiwa G30S bukan hanya soal pemberontakan, tapi juga tentang infiltrasi ideologi yang mengancam keutuhan bangsa. Gerakan itu dimulai secara sistematis oleh kelompok militer yang dipengaruhi Partai Komunis Indonesia.

Baca juga:  Kiprah Operasi Damai Cartenz, Polri Perkuat Harmoni dan Keamanan di Papua

Pasukan pemberontak bergerak dari Lubang Buaya pada pukul 03.00 dini hari dan mengeksekusi tujuh jenderal dalam waktu singkat.

Kisah para pahlawan revolusi ini adalah narasi nyata tentang keberanian, kesetiaan, dan pengorbanan. Hingga kini, nama mereka tetap hidup dalam ingatan bangsa, bukan hanya dalam bentuk jalan, patung, atau monumen, tetapi dalam nilai-nilai perjuangan yang mereka wariskan.

Example 300x600
Example 120x600
Example 300x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *